7/16/15

Berbelok atau Melebarkan Sayap #part1 - Pesan Pak Rizal


Arsitektur, sebuah ranah tata ilmu yang katanya komplit dari mulai seni, keteknikan sampai angka-angka berkoma nol dua di belakang. Mungkin bisa dibilang begitu, karena dalam kesehariannya arsitektur tidak berbatas ruang lingkup antara yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh ketika seorang arsitek ingin merancang sebuah bar, bukan tidak mungkin ia mempelajari perilaku, tata organisasi, serta sistem-sistem baik makro ataupun mikro yang mungkin akan terjadi di dalam ruang binaan tersebut.

Lucunya, hal yg dibutuhkan dalam proses perancangannya bisa jadi sangat berbeda antara satu arsitek dengan lainnya. Semua bergantung dari goal yang akan dicapai oleh si pemilik ide tersebut untuk karyanya. Bukan tidak mungkin metode-metode perancangan klasik nan melegenda hanya terpakai sangat sedikit bahkan tidak sama sekali. Mungkin sebagian kita pernah mendengar bahwa "tidak ada yang salah dalam proses berarsitektur". Jadi mungkin lumrah saja bagi sebagian pekerja desain keteknikan ini untuk mengalami hal2 seperti ini.

-Jumat malam, 14 02 2014-

Tanggal yang unik di hari akhir minggu yang menyenangkan untuk bukan tidak sengaja memulai tulisan ini. Disaat kebanyakan yang lain sedang dalam nuansa romansa coklat tahunan ini, saya mendapati kegalauan mendalam untuk sebuah keputusan yang mungkin sebenarnya tidak berat itu. Bagaimana tidak.. ketika sedang menjadi bagian dari sebuah company yang bisa dibilang membahagiakan baik dalam berkarya maupun bersosial dengan manusia pengisinya, sebuah tawaran lain datang menghampiri yang dengan mudahnya menggoyahkan karena satu alasan mendasar yaitu target.. tapi target seperti apa?!

-Sekitar 6 tahun lalu-

Digelar sebuah seminar arsitektur bertemakan kota dengan judul EMERGING ARCHITECTURE. Dipelopori Ridwan Kamil selaku bos salah satu konsultan arsitektur ternama saat itu, seminarnya menghadirkan sejumlah pesohor arsitektur dan pelaku kota baik lokal maupun internasional. Ada 2 pengisi materi yang cukup menonjol saat itu; GFAB dan EDAW/AECOM. Yang satu pelaku arsitektur semi lokal yang ber-markas di Bali.. satu lagi pelaku kota dunia yang katanya sangat tersohor itu, siapa lagi yang dimaksud selain AECOM yang masih dengan embel2 EDAW saat itu.

Jangan penasaran dulu knapa dulu AECOM bisa ada embel2nya, karena tidak akan dibahas di topik ini ^_^v. Tapi pasti heran juga kenapa ini agak menitik berat ke arah pelaku kota dunia itu. Entah kenapa hampir semua materi di seminar itu seakan tidak berbekas saat seorang yang cukup kecil berparas oriental namun tampak smart membawakan materinya dengan sangat meyakinkan. Brian Jan, dengan lantangnya memaparkan tentang arti sebuah kota terhadap peradaban. Karya-karya beliau disuguhkan dari cakupan mikro sampai makro.

Beliau adalah salah satu pemeran utama EDAW/AECOM di Hong Kong yang masih terbilang muda saat itu yang entah bagaimana nama beliau tidak ada di list pemberi materi seminar a.k.a merupakan pemateri pengganti perwakilan EDAW/AECOM, yang memang takdir khusus karena belum tentu pemateri aslinya bisa memberikan pengaruh cukup signifikan pada pandangan berarsitektur. Diawali dengan penyampaian materi Beliau tentang kota-kota yang tumbuh untuk masa depan tersebut lah si mahasiswa tingkat akhir yang cukup idealis  (katanya) ini mulai memahami lebih dalam apa itu MASTERPLANNING. Dan berpesan dalam kalbu "Suatu saat karya seni dengan itikad membentuk peradaban ang lebih baik ini akan menjadi bagian dari hari2 saya.."

Kebetulan, pada momen2 yang sama di hari berbeda seorang dosen idola sedikit jahil mengomentari studi masterplan dari proyek tugas akhir yang sedang saya geluti habis-habisan saat itu. Pak Rizal Muslimin, dosen idola super jenius yang sembari lewat dan melirik diskusi kecil saya dengan dosen pembimbing saat itu lalu bilang "siteplannya menarik tapi sayang bangunannya masih kurang dalem ya.." :'''').

Sedih?! bisa dibilang gitu, karena memang ini tugas akhir arsitektur ya g tenttu saja banguna menjadi salah satu kunci utama penilaian. Satu kalimat yang saya anggap pedas dan membumbu tajam saat itu membuat saya berfikir untuk tidak cepat2 meletakkan pen gambar saya walaupun lampu hijau terang menyala muncul di mata pembimbing saat itu. Yak.. perubahan cukup signifikan saya hasilkan pada setengah perjalanan tugas akhir saya yang Alhamdulillah berujung salah satu tugas akhir terbaik terpampang di ruang display tugas akhir saat itu, thank's Pak :'). Tidak lupa juga Pak Rizal Muslimin lah yang menggiring paksa saya dan rekan2 sejati untuk berani ikut berkomptisi arsitektur di luar kampus.

Cukup puas dengan hasil tugas akhir yang tentu saja masih banyak kurangnya itu, tidak jarang saya kunjungi kampus untuk melihat hasil2 tugas akhir yg dipamerkan bersamaan saat itu tapk tentu tetap fokus pada penelusuran pasca sidang karya tugas akhir milik sendiri ^^. Tak jarang juga teringat pesan pedas Pak Rizal yang membuat saya lebih memperhatikan pada sisi siteplan atau landscape-nya. Lalu ditambah dengan pikiran nostalgia bersama rekan-rekan sejati NFN yang sudah dua kali menjuarai kompetisi taman kota di Jakarta, mengganggu pikiran saya akan "am i more to open spaces and masterplanning..?!"  :)

Pertanyaan berat itu cenderung meredup ketika euphoria kelulusan dan melamar kerja ke konsultan "arsitektur" ternama bergelimangan dengan mengesampingkan sedikit ketidksukaan diri pada detail bangunan. Ditambah lagi ada pertayak constrain lanjutan "emang bisa kerja di urban design atau landscape tanpa background pendidikan serupa?!?" yang cenderung dijawab dalam alam bawah sadar "ah yasudahlah" tanpa mencari tahu. Tidak terasa terlewatlah 3 tahun pertama di konsultan arsitektur dari yg kecil, semi kotraktor sampai yang cukup besar. Berpindah pindah dengan alasan tidak semangat tanpa disadari memang tidak pernah se-semangat itu dalam mendalami perencanaan fisik bangunan.

Sambil perlahan menyadari.. ahh Pak Rizal sepertinya ada benarnya. Kadang sebuah kritik yang kita anggap mencela justru menyimpan potensi positif meskipun tanpa disadari baik oleh si pemberi maupun penerima pesan. Disini kita bisa belajar akan menanggapi sebuah kritik untuk selalu berfikir positif.