3/30/11

The un-Flattened Flat

Project : Kontrakan Perawat
Location : Bogor
Architect : Muhammad Fajri
Category : Final Proposal


Didasari oleh sebuah mindset "yang penting ada tempat".. pemilik/calon pemilik sebuah kos2an atau kawasan kontrakan kecil cenderung kurang bersahabat dengan apa yg disebut kenyamanan calon pengguna. Mengapa? ya seperti pada mindset yg telah disebutkan sebelumnya mereka menganggap space/ruang-lah (dalam hal ini dimaksimalkan tanpa toleransi) yang dicari oleh kebanyakan orang tentunya hal itu merupakan garis banding lurus akan nilai nominalnya.


Sebagai perancang, porsi yg dilakukan tidak untuk merubah mindset tersebut yg memang sudah mengakar terutama di daerah2 sub-urban yang cukup padat dan mahal, tapi yang coba dilakukan adalah menyisipkan perihal kepedulian kualitas kenyamanan yang tentu berbanding pada minat calon penyewa. Tidak mahal, bahkan murah dan cenderung menjadi low-E building..



Bogor, dengan segala keunikan termalnya yang senantiasa disebut kota hujan.. bisa menjadi sebuah potensi yang sekaligus kendala yang tersembunyi. Dikatakan tersembunyi karena tak banyak yang cukup merasakan apa itu over-humidity atau kelembaban berlebih yang cenderung cukup sering terjadi di area sub-near-rural .. thermal mixture yang cukup bersahabat secara gamblang namun tak terlihat kendalanya.

Tanpa mengurangi keinginan optimal berbisnis sang pemilik kontrakan, kebutuhan ruang tetap diakomodir sesuai permintaan pemilik yaitu membentuk 5 unit kontrakan dan area parkir. Namun adanya problem finansial akhirnya memungkin pemilik untuk melakukan pembangunan bertahap. Tak dimulai dari belakang kavling tanah, perancang menyarankan agar pembangunan justru dimulai dari depan agar senantiasa calon penyewa tak terbentuk sugesti terpojok jauh dari jalan dan ada nilai tambah yaitu lahan sisa bisa menjadi sebuah taman pribadi yang tentunya akan semakin mengecil, smakin menjadi bersama dan akhirnya menghilang ketika pembangunan sisa unit terus berjalan, tapi itulah memori yang dinamis.. :)

Flat, sebutan yang biasa diumpamakan sebagai mini group hospitalities/tempat tinggal.. walau tak se-harfiah itu perancang mencoba mengkategorikan kontrakan ini sebagai flat, karena adanya komunikasi mikro yg akan terbentuk secara eksklusif, yaitu mereka akan merasa berada pada satu tempat bertetangga yg saling mengisi.

The un-Flattened Flat, mencoba membentuk masa tak sejajar dari segi layout maupun skyline.. tentu masalah overhumidity itulah yg menjadi stimulus utamanya sehingga optimalisasi pergerakan angin dari luar menuju dalam bangunan dapat terjadi. Secara layout, patahan bidang akan membentuk benturan angin yang senantiasa memperbanyak belokan angin (wind turbulence) sehingga pada koridor angin tak hanya lewat tapi juga mampir pada setiap unit.. Untuk atap, selain sebagai pembebasan angin per unit dan optimalisasi cahaya, hal ini juga berkaitan dengan pembangunan bertahan yg direncanakan pemilik sehingga perancang menyarankan untuk konstruksi atap yg sebisa mungkin berdiri sendiri sehingga arah pelana tidak diarahkan sejajar pergerakan pembangunan.

Optimalisasi ruang, Lowcost, Low-E, kualitas sosial dan KENYAMANAN TERMAL.. hal2 yang coba dipedulikan oleh perancang akan terbentuknya The un-Flattened Flat, regards :')


nb: click image to enlarge
"Advises are totally allowed"

Menginspirasi tiada henti : Rizal Muslimin

Sebuah judul yang bukan spontan terpaparkan, karena sejak dulu memang begitu. Dini hari ini tidak ada yang lebih membuat penulis semangat selain bercerita tentang idolanya yang kini tengah studi di salah satu Sekolah Tinggi tersohor di Amerika serikat... Pak Rizal Muslimin.

Hobi berkompetisi, sekiranya kami mengenal beliau begitu.. mungkin hal tersebut yang membuatnya menjadi salah satu kompetitor tersulit di negeri ini tak heran para pesaingnya memanggilnya macan sayembara. Yah sewajarnya ketika melakukan sesuatu dengan senang hati maka hasilnya cenderung optimal, begitu lah kira2 kalo kata Pak Ridwan Kamil (partner/pimpinan Pak Rizal dalam tim semasa di Urbane)

Arsitek lulusan cumlaud perancangan S2 ITB ini menjadi salah satu inspirasi terkuat dalam berkompetisi pada masanya. "..jadikan budaya sebagai data dan otak sebagai prosessor" pesan singkat yang kerap memberi motivasi pada beberapa mahasiswanya, sebut saja salah satunya penulis ini. Mungkin terdengar agak robotik, tapi itulah
esensi peran otak yang sesungguhnya dalam kaitannya akan sebuah karya, dan diharapkan akan membawa kita bereksplorasi untuk solusi bahkan inovasi.

Pak Rizal Muslimin terkenal dengan ciri khas bangunannya yang kerap muncul dengan bentukan2 aplikasi material yang tidak biasa. Ketekunan Beliau akan eksplorasi material, membawanya pada juara 1 international Brickstainable
Competition yang didapat pada masa studi Doktor-nya di kampus MIT-Amerika Serikat 2009. Kemudian kemenangan itu dilanjutkan dengan diraihnya Honorable-Mention pada Brickstainable Competition putaran kedua 2010 silam.

Berikut sekiranya beberapa karya beliau yang tentunya menginspirasi.. hingga KINI --v

sayembara bandara adi sucipto, Jogjakarta
sayembara masjid raya padang - sumatera barat
sayembara museum tsunami - Aceh
brickstainable competition 2009

3/28/11

Tidak Ada Juara 1 .. ???


Sebuah Sayembara Arseitektur Nasional yg diadakan oleh kampus Brawijaya dan IAI malang, yang berjudul The Local Tripod setelah proses berjalan hingga pengumuman pemenang ternyata tidak ada juara 1 karena blm ada yg memenuhi kriteria untuk disebut juara 1.

Menurut Author BlogMyMind --v

Hmm... hmm yang ini lucu, yg disebut juara 1 adalah peraih point tertinggi bukan point sempurna.. karena yang disebut sempurna itu tidak akan pernah ada sejauh kriteria juri yg mungkin overrated roll.. kembali pada rencana awal pemenang yaitu 3 besar mengapa dipotong jadi 2 besar, ironis sih mendengarnya. sad

Mengingat sebuah sayembara Masterplan Kampus ASMI yang diadakan Holcim dan Kampus ASMI di tanggerang bulan lalu, dimana Seorang Professor dari Holcim di jerman pun menilai karya2 yang masuk tidak ada yg memenuhi kriteria, namun tetap 4 besar diumumkan smile > KIND Architect (juara 4), AMA (juara 3), Urbane (juara 2), Mamo Studio (juara1). Si professor mengatakan "dari 4 besar ini sebenarnya tidak ada yg pantas jadi juara, karena karya2 blm ada yg memiliki konsep dan metode yang ingin dicapai akan penerapan sustainable-nya". Tapi tetap juri pun sportif dengan menempatkan peraih point tertinggi sebagai juara 1. tongue

Apakah para Juri The Local Tripod ini latah terhadap perkataan si professor holcim tersebut?? roll mengingat salah satu jurinya merupakan salah satu dari 4 besar di Sayembara Holcim tersebut. Namun Ironis-nya, eksekusi juri The Local Tripod memang agak kurang bijak. Krn bagaimanapun penilaian tertinggi adalah milik juara 1, atau mungkin kalaupun tidak ada juara satu tetap 3 besar harus dipertahankan, mungkin dengan menyebut 2 orang juara II dan 1 orang juara III, itu akan lebih baik. Bukan semata karena uang atau apa, tp itu yg disebut penghargaan terhadap sebuah karya.

1 kata > IRONISDANLUCU big_smile <-- eh, itu dua kata ya.. hehee -_-'


- Thanks dan Tetap Semangat Berkarya -

3/22/11

Sayembara The Local Tripod (Top 10)


Poject : Djak Shops (Recommunicate Urban and It's Subs)
Location : Jakarta Pusat
Design Team: Muhammad Fajri, Fajar Agti Sunaryo


Pengalaman sehari-hari yang kemudian cenderung menjadi stimulus untuk mengolah lahan dalam hal putusnya komunikasi urban dan sub-nya sehingga dapatlah sebuah koridor publik yang membelah pusat perbelanjaan. Urban park/ taman kota, yang menjadi salah satu kebutuhan masyarakat urban dalam berekspresi dan berinteraksi.

Up-lifted Urban park/ penaikan elevasi taman kota diharapkan masyarakat mampu melihat lebih luas akan tata kota yang sesungguhnya. Mengingat "tak kenal maka tak sayang", ketika sub-urban tertutupi maka kita sejatinya semakin tak peduli. DjakShops diharapkan mampu menghasilkan ruang-ruang komunal sarat akan kualitas dan mengoptimalkan potensi iklim, sehingga dapat menjadi sebuah bangunan yang rendah energi dan rendah emisi (Low-E Building).

Tak lupa menempatkan urban farming / kota berkebun sebagai dasar komunikasi baru antara manusia kota dan alamnya yang tentu diharapkan mampu menghasilkan suatu kualitas ekonomi baru bahkan sosial.


"advises are totally allowed"

Rumah balon-nya Mr. Fredricksen dibuat nyata


Mengingat petualangan seru Russel dan Mr. Fredricksen dalam animasi Disney PIXAR Up!, tentu yang tidak terlupa selain karakternya yaitu rumah balon terbang-nya.

Di danai oleh National Geographic channel, dalam sebuah acara "How Hard It Can it Be?" sekelompok teknisi mencoba merakit struktur dasar rumah ringan, yang tentunya bisa dimasuki 1 atau 3 orang.

300 balon raksasa diikat pada struktur2 utama rumah dengan membolongi bagian tengah pada atap rumah, agak berbeda dengan konsep kartunnya yang balonnya diikat memalui cerobong asap.

Mulai direncanakan penerbangan saat dini hari yang mungkin diniatkan untuk bisa mengejutkan warga kota Los Angeles. Dengan berat sekitar 2000 pon, rumah yang berukuran 5x5 m ini pun VOILA..!! berhasil terangkat hampir mencapai ketinggian melebihi gedung 10 lantai, begerak hampir 3000 meter dan bertahan sekitar 10 jam diudara.

Ketika sebuah selogan "How Hard Can It Be?" diutarakan, Paul salah satu teknisi dalam tim perancangnya mengatakan.. "It's pretty hard.. but it happened" .. So, mari berimajinasi dan berkarya :) .


3/9/11

Menara Gajah dan Menara Buaya yg bermain kotak


Seringkali arsitek menganalogikan sebuah bangunan yang berdasar pada ranah natural (flora dan fauna) dengan tipologi yang post-konvensional. Namun sepertinya kedua arsitek ini memiliki pandangan lain, yaitu Sumet Jumsai Na Ayudhaya di Thailand dan tim arsitek dari Maxwan Office di Belanda.

Mr. Sumet adalah salah satu arsitek senior di Thailand ini yang sedikit banyak hobi dengan sebuah analogi dalam metode perancangannya. Seperti halnya Elephant Tower ini, dengan metoda geometris dan struktural konvensional berhasil menyampaikan idenya sebagai Gajah Raksasa di tengah kota. Mungkin hal itu bisa diwajarkan karena progress bangunan di mulai pada tahun 1993 yang sejatinya tower-tower konvensional berbasis beton sedang menjadi trend pada masa tersebut.

Berbeda periode dengan Mr. Sumet, tim arsitek dari Maxwan yang juga menggunakan analogi natural yaitu buaya, juga tetap menggunakan metode geometris sederhana yang juga struktur yang cukup konvensional. Kepala kotak, badan kotak, kaki kotak, dan ekor kotak walaupun direncanakan tahun 2010.. yang kemudian disebut Albino Alligator Tower. Mungkin yang di ada di benak mereka saat itu adalah ketika bisa mudah disampaikan untuk apa dibuat rumit. Hehehee...

Kalau mau baca preview lengkap kedua arsitek dan karya2nya.. Silakan klik tulisan2 diatas yang bercetak biru.

-Selamat Berkarya-

3/8/11

RUBAH (Rumah Baja Hijau)


Project : Rumah Pak Dodie
Location : Bogor, Pakuan Regency
Architect : Muhammad Fajri
Category : Final Proposal

Merancang rumah pada perumahan yang memiliki line khusus untuk dipatuhi, ketika itu hal yangperlu diawali adalah mempelajari jalur seperti apa yang bisa ditawarkan untuk membawa idealisme pada titik yang tepat. Idealisme yang bukan ego, idealisme yang bukan unjuk gigi, tapi idealisme yang berusaha untuk peduli pada calon pengguna dan lingkungan. Pada peranangan ini pengembang menggaris bawahi tipologi fasade yang cenderung akan menjadi identitas pada salah satu cluster di kawasan perumahan tersebut. Sehingga tampilan tidak jauh bahkan seirama dengan rumah-rumah eksisting

CONCEPT

Ketika Pak Dodie (pengusaha muda berdarah Batak) menginginkan suasana terbuka pada rumah, maka alam adalah point utamanya sehingga konsep akhirnya ditawarkan adalah membawa esensi kehidupan pohon pada ke dalam ruang2 di dalam rumah.
Gambar diatas bercerita akan sirkulasi kehidupan pohon yang berbasis pada batang kemudian menyebar ke hijau2 daun pada sisi2nya. Penggunaan baja merupakan keputusan dalam strategi struktural yang membawa mampu variasi kejujuran serta efisiensi waktu pengerjaan.

REVIEW

Photobucket

Fasad yang tidak lari jauh dari tipikal cluster pada kawasan tersebut, sehingga identitas tetap terjaga tanpa melupakan identitas mikro yaitu pemilik rumah itu sendiri.


Photobucket
Pola Ruang pada denah merupakan aplikasi esensi kehidupan pohon yang telah dibahas diatas, dengan koridor kayu sebagai batang pusat sirkulasi dari keseluruhan ruang pada rumah.

Photobucket
Koridor kayu sebagai penguat sirkulasi dengan konsep living tree dan area hijau sebegai kawasan daun yang terletak zigzag untuk optimalisasi cross ventilation. Terdapat connecting green pada sisi kanan rumah yang ketika dibutuhkan akan menyatukan ruang tamu dan ruang keluarga sehingga kebutuhan ruang luas dapat dipenuhi.

Photobucket
Visual material yang ditawarkan adalah transparansi atau kejujuran, dimana ketika hal itu pun mampu mereduksi penggunaan finishing yang akhirnya juga mengurangi anggaran pembangunan.

Photobucket

"Advises are totally allowed"