Sehubungan dengan banyaknya permintaan, maka blogmymind kembali dengan update-update terbarunya setelah beberapa bulan vakum. So ... rilex, grab your coffee and happy reading..
Untuk yang masih penasaran seperti apa karya ketiga pemenang sayembara ini, berikut ini akan saya tampilkan sample image nya. Ketiga pemenang ini memiliki konsep yang sedikit mirip satu sama lain, mungkin mereka berfikiran sama saat pertama kali mendengan kata makassar.. "apa lagi selain pinishi",
jadi sepertinya ketiganya menganalogikan perahu layar sebagai analogi utama bangunannya..
Juara 1 - Yu Sing
Dengan Konsep Menara Pinishi, Yu Sing berani dalam melakukan eksplorasi bentuk yang dibilang cukup unik. Permainan material yang fururistik yang membentuk pola2 budaya makassar yang cantik.
Menara Pinishi
Untuk melihat gambar lengkap sang juara 1 ini bisa anda buka di site berikut:
Dengan konsep laut birunya, gubahan masa ditonjolkan pada bentuk gelombang air atau ombak pada laut. Sehinga terlihat perahu layar sedang melaju kencang membelah samudera ilmu pengetahuan seperti yang tertera pada posternya "Sailing in the Ocean of Knowlegde"
Laut Biru
Juara 3 - M. Ridha
Tidak jauh juga dengan yang lainnya, pinishi memang menjadi konsep utamanya, namun jika pada yang lainnya layarnya saja yang dianalogikan... M.Ridha mengambil sampai perahu-perahunya.. sehingga secara explisit tampilan perahu layar hadir di depan mata kita.
Berita gembira datang dari ujung selatan pulau Sumatera, hmm.. kalo ada yang mengira itu Sumatera Selatan, perkiraan itu salah besar karena ujung selatan Sumatera ini adalah Lampung, yang biasa dikenal akan sekolah gajah Way Kambas-nya itu. Menarik memang, tapi sayangnya untuk pelancong rancang bangun, sepertinya ada yang lebih menarik lagi. Pernah mendengar Kampung Wana? tentunya belum ya.. penulis blog ini pun yang telah lebih dari 15 tahun hidup di tanah Lampung bahkan belum pernah mendengar kampung yang berada di Lampung Timur itu. Beruntung sekali IAI Propinsi Lampung yang dikepalai oleh Alm. Bpk Riau ini memberikan undangan ke seluruh mahasiswa penjuru Negeri ini untuk datang ke Provinsi Lampung dan mengenal “Kampung Wana”.
Ternyata antusiasme mahasiswa dari pulau Jawa cukup baik, karena perwakilan dari Yogyakarta-pun ikut hadir dalam undangan ini. Dan 6 gelintintir mahasiswa Bandung pun siap menyeberangi lautan menuju Sumatera. Karena perjalanan cukup jauh, maka kami beristirahat semalam di kota pantai “Kalianda” sambil menikmati ikan bakar.. hmm.
Pagi hari nan cukup sejuk ditemani hangatnya nasi uduk pantai ini menjadi saksi perpisahan dengan kota kecil Kalianda ini.. and... “Kampung Wana, here we come..!!”. Sudah hampir 5 jam di dalam mobil rusa nan abu-abu kebiru-biruan, akhirnya tiba juga di kampung yang bisa dibilang masih terasa kampungnya.. karena tidak ada bangunan beton atau baja yang kami saksikan terbangun di deretan kampung pinggir jalan ini. Kampung pinggir jalan? ya, sejalan dengan perkembangan jalur transportasi darat, sebuah jalan aspal penghubung Lampung-Palembang membelah kampung ini..
Sebelum berkeliling kami berkumpul sejenak untuk sekedar menyaksikan kuliah kecil yang disajikan oleh arsitek besar.. Hmm, siapa yang tidak kenal dengan Yori Antar, salah satu petinggi di “Han Awal & Partners Architect". Ranah lingkup yang dibahas bang Yori adalah Fotografi Arsitektur, memang hobinya si abang dari Jakarta ini adalah menjepret-jepret elemen arsitektural dan Beliau tidak tanggung-tanggung berbagi tips & trik kpada mahasiswa2 ini. Cukup ilmu kami kantongi dan sebuah istilah “man behind the gun” yang diucapkan bang Yori terus menjadi senjata saya dalam berkarya.
Kami pun berkeliling kampung.. dan tetap tidak lupa si mesin jepret siap dalam genggaman. Bangunan rumah panggung yang berjejer di sepanjang jalan tak hentinya menyita perhatian, entah mengapa begitu awetnya eksistensi bentuk-bentuk banguan rumah adat ini ditengah perkembangan jenis material bangunan saat ini. Sekalipun selimut-selimut kecil pada beberapa bangunan memang sudah merupakan bahan genteng (yang semula merupakan ijuk) dan bahan beton, seperti tangga, ataupun pagar.. Tapi bentuk dominan bangunan ini tetap menonjol. Sekalipun ada bangunan yang berusia muda, bentuk bangunan tetap kembali pada bangunan lama. Identitas sosial warga sepertinya ditunjukan dengan permainan warna pada rumah mereka.
Setelah membelah kampung ini dengan jalan mungkin dianggap asing bagi warga kampung, sepertinya pemerintah belum puas sebelum memasangkan bongkahan-bongkahan beton pejal pada setiap halaman depan rumah-rumah yang lemah ini. Ke-ambiguan akan persepsi terhadap pagar beton yang dirasakan 2 pihak memang cukup krusial bagi gejolah psikologis.. Pihak pemerintah menjadikan pemasangan pagar pejal itu sebagai solusi keamanan dari kendaraan yang melintas, namun sepertinya warga merasa hubungan sosialnya agak ter-pagari..
Ditinjau dari estetika, kemunculan pagar tebal tersebut akan sedikit mengurangi keindahan sebuah rumah panggung dengan kaki-kaki mungilnya. Pertanyaan kembali muncul, mengapa semua rumah adat merupakan rumah panggung. Sebenarnya bukan sebuah mitos khusus yang coba mereka terapkan, namun karena dahulu keberadaan manusia dan hutan (dengan hewan2-nya) sepertinya agak berdampingan.. hal tersebutlah yang membuat mereka memutuskan untuk memisahkan hubungan dengan hewan (terutama yang membahayakan) ketika mereka ingin nyaman berada dirumah sendiri.. Untuk kampung wana ini, eksistensi bentuk panggung masih diterapkan, karena lingkungan kebun hampir hutan masih tetap menjadi lingkungan dominan di kampung ini. Hirearki ruang rumah panggung yang diterapkan dalam rumah ini cukup simple dan linear dari bagian depan hingga belakang rumah.
Dari hirearki tersebut sudah dapat dibayangkan bahwa rumah dengan order linear yang memanjang ke belakang. Tapi dalam penerapannya ada 2 jenis ke-linearan yang di pakai, yaitu linear lurus dan linear L.
Berbicara tentang rumah panggung, sebuah transformasi yang dapat diamati pada kampung wana ini adalah ruang dibawah panggungnya. Fungsinya memang tidak berubah yaitu sebagai gudang penyimpan barang, baik itu bahan bakar maupun bahan makanan mentah atau hasil panen.. Hanya saja ketika zaman berubah toleransi akan setiap orang semakin memudar, kepentingan pribadi mulai menguat.. Pengambilan barang milik oranglain yang seenaknya mulai tumbuh dan berkembang pada benak orang2 yang tidak bertanggung jawab. Jadi sebuah rumah panggung yang awalnya ditopang kaki2 mungil yang kosong kini mulai berselimutkan dinding sebagai tempat penyimpanan yang aman.
Tak terasa hari langit semakin jingga.. Saatnya untuk beristirahat, panitia telah menyiapkan tempat2 khusus untuk untuk undangannya. Dimana lagi selain di rumah penduduk yang bersedia berbagi ruang sedikit dengan kami para pelancong.. Kebetulan kami mendapatkan sebuah tempat tinggal seorang nenek tua yang begitu ramah.. Rumah mungil nan cukup nyaman menjadi tempat memejamkan mata semalam.. Karena esok waktunya berpisah dengan rumah-rumah unik ini..
Pagi pun tiba, sarapan telah disantap.. saatnya berangkat.. Tak lupa terimakasih sebesar-besarnya kepada sang nenek atas kemurahan hatinya.. Kami beranjak sambil melambaikan tangan “Sampai Jumpa Nek..!!”
Poject : Taman Kota Tebet Location : Jl. Tebet Barat, Jl.Tebet Timur - Tebet, Jakarta Selatan Architect : NFN architects (Novan Prayoga, Muhammad Fajri, Nutrian Galupamudia)
SITEDESCRIPTION
Lahan seluas +/- 25.000m2 ini, dahulu merupakan sebuah taman kota yang kini keberadaannya tidak dianggap lagi sebagai sebuah taman yang dapat dapat mengakomodasi masyarakat sekitarnya...
Peta udara site eksisting.
Penampang melintang site eksisting.
Lahan taman tebet dapat dikategorikan sebagai lahan landai karena kemiringan kontur hanya sekitar 5-8 derajat yang menurun menuju sungai yang membelah taman secara memanjang. Sampai saat ini dominasi penggunaan ruang pada taman tebet adalah sebagai tempat pembuangan sampah masal dan pemukiman liar yang kurang higenis.
Foto eksisting pada taman - Foto eksisting di sekitar taman.
Kondisi eksisting yang cukup memprihatinkan tersebut menjadi stimulus bagi pemerintah kota Jakarta untuk melaksanakan revitalisasi taman kota ini dengan konsep-konsep penyelesaian yang baru..
DESIGN CONCEPT
Dengan tidak menganut paham “hyperbolic”, kondisi taman tebet saat ini digambarkan sebagai sebuah tanah terbengkalai yang telah mati.. Maka konsep yang diusung adalah “Reborn of The Public Space”, dimana taman tebet baru diharapkan mampu menjadi ruang public yang lahir kembali.
Ilustrasi konsep "Reborn of the public space"
Kecambah, sebuah bibit yang merupakan awal kehidupan dan siap untuk tumbuh menjadi analogi utama bagi konsep Reborn of The Public Space ini. Analogi ini diaplikasikan secara eksplisit ke dalam olahan sirkulasi utama pada Taman Kota Tebet ini.. Plasa utama menjadi diletakkan sebagai pusat inti kecambah karena merupakan pusat kegiatan yang paling utama.
Analogi kecambah pada pola sirkulasi taman.
Desain final dari taman tebet ini bergantung merupakan aplikasi dari beberapa konsep-konsep yang di rencanakan. Taman Tebet dirancang dengan persentase area hijau sekitar 75% sebagai bentuk aplikasi taman yang sesungguhnya. Hal ini diharapkan dapat membentuk resapan air dengan lebih optimal.
Beberapa konsep teknis.
Siteplan/ Blokplan
Sirkulasi yang cukup panjang dan berkelo-kelok dapat menjadi dual-aplicated track... Yaitu sebagai track ber-speda dan untuk jogging serta pejalan kaki..
ILUSTRASI
Plasa utama - Pintu masuk utama
Plasa penerima dirancang untuk sebagai pintu gerbang utama bagi Taman Kota Tebet ini, terdapat “green sehelter” sebagai tempat duduk-duduk santai atau sekedar menunggu kerabat dating. Plasa penerima ini bisa diakses oleh pejalan kaki dan sepeda. Plasa Utama selain sebagai pusat orientasi,dengan konsep “water-front” sangat cocok sebagai amphitheatre yang cukup luas..
Dual applicated track - Area ibu dan anak.
Detail jalur kanal area ibu dan anak.
Dual aplicated track yang terletak terlihat pada ilustrasi ini, dimana pejalan kaki dan pe-sepeda dapat menikmati sirkulasi taman secara harmonis. Selanjutnya terdapat are khusus yang kami namakan “Area Ibu & Anak”, pada area ini ibu dapat mengajak anak balita-nya bermain tanpa terganngu aktivias pengguna taman lainnya selain para ibu-ibu yang mengobrol sambil menjaga balita mereka. Aplikasi terapan sungai untuk keamanan area ini merupakan pendangkalan dan pembuatan kanal baru untuk mengalirkan sungai, sehingga anak balita dapat bermain basah tanpa takut tenggelam..
Sport area - Playground.
Sport Area yang menyediakan lapangan basket yang multifungsi, serta track untuk para skater yang sedang marak di lingkungan anak muda terutama di Jakarta. Selain itu playground disediakan untuk anak-anak diatas balita yang aktif dalam bergerak..
Plasa penerima sekunder
Plasa penerima sekunder, merupakan akses masuk menuju taman dari Jl. Tebet Timur yang bisa diakses oleh pejalan kaki dan sepeda. Terlihat area lesehan hijau yang diharapkan tetap menjadi tujuan utama dari keberadaan sebuat taman kota.
Plasa penerima pada malam hari - Area duduk pada plasa utama
Water feature dengan colourfull lighting membuat Taman Tebet tetap menarik untuk dikunjungi pada malam hari, suasana “cozy” yang detemani gemericik air yang menenangkan. Berikut merupakan teknis penerapan air mancur yang dirancang pada taman.
Detail penampang air mancur. "Advises are totally allowed"
Karena permintaan dari pihak Museum Bank Indonesia, dan atas permintaan juga dari Bapak Arinaka, dengan kebijakan pribadi dan tanpa paksaan saya tutup sementara topik ini ya.. Nanti akan dibuka kembali setelah konfirmasi lebih lanjut. Sukses selalu untuk semuanya. Salam blogger..!
-viva the freedom of sharring- by: author of Blogmymind
Poject : Taman Ayodia Location : Jl. Barito , Jl. Melawai, Jl. Lamandau - Kebayoran baru - Jakarta Selatan Architect : NFN architects (Novan Prayoga, Muhammad Fajri, Nutrian Galupamudia)
SITE DESCRIPTION
Lahan kosong yang berbentuk segitiga tak beraturan merupakan sebuah area terbengkalai yang dikelilingi area perumahan dan bangunan publik lainnya. Tanah seluas + 7.500m2 itu memiliki kontur yang cukup terjal yang menurun menuju pusat lahan tersebt sehingga terbentuk genangan air yang cukup luas + 1.500m2...
Peta udara - Foto eksisting site
Ilustrasi topografi site eksisting.
BASIC IDEAS
Ide yang coba diangkat dari sebuah taman ini adalah “Taman sebagai Oase kota” untuk Jakarta Selatan. Ditinjau dari kata Ayodia yang berarti keindahan nirwana/ surga, maka desain taman yang ingin dimunculkan adalah keindahan yang senantiasa merupakan keindahan alam.. yang didukung oleh keberdaaan genangan air yang nampak seperti danau yang dapat menunjang konsep oase itu sendiri. Selain itu keberagaman gaya hidup masyarakat jakarta yang masih dapat dirasakan secara nyata.
Skematik stimulus perancangan.
Dari konsep dasar diatas, maka taman Ayodia dirancang dengan konsep “DUALSTYLEPARK with ARTIFICIAL BAY”..Taman dengan 2 gaya yang dipadukan yang ditambah dengan pantai buatan, diharapkan mampu mewakili keberadaan sebuah TAMAN AYODIA di tengah kota jakarta.
DESIGN CONCEPT
Konsep desain skematik.
Dari konsep diatas, berikut aplikasinya terhadap taman Ayodia dengan berbagai “features” penunjang untuk mendukung eksistensi taman sebagai ruang publik yang dapat berfungsi secara optimal.
Siteplan - Bird eye view.
Konsep “artificial bay” yang diaplikasikan pada taman ini sebagai juga dikonsepkan untuk menjadi sebuah pengetahuan akan pasang-surutnya air.. dengan “treatment” khusus pada bagian utilitas taman sehingga genangan air pada saat pasang diusahakan tidak meluber ke daerah rumput.
Detail perencanaan artificial bay.
Simulasi konsep pasang surut air pada artificial bay.
Rekomendasi material dasar pada taman.
Tama Ayodia diharapkan mampu menjadi ruang publik baru yang dapa dinikmati baik siang maupun malam hari. Sehingga dapat menjadikan kembali budaya cinta akan taman di Indonesia.
Main plasa - artificial bay.
Dek dan amphi theatre- colorfull lighting pada malam hari.
Penggunaan lighting yang berwarna-warni merupakan salah satu terapan terhadap keberagaman budaya bangsa yang ada di kota Jakarta dan juga merupakan serapan dari warna-warni pada boneka khas betawi yaitu “ondel-ondel”, sehingga taman Ayodia merupakan taman yang dapat menyatukan budaya masyarakat untuk berkumpul atau hanya sekedar kongkow-kongkow di taman yang hiu ini...