11/16/11
When it's built and they love it..
8/15/11
Flying Metal (Factory's Office Redesign)
Architect : Muhammad Fajri
Category : Final Proposal
Setelah didapat kebutuhan ruang baru, maka perancang mencoba mengolah berdasar sirkulasi dan hierarki sehingga didapat alih fungsi beberapa ruang yang tentu juga dengan adanya penambahan besaran ruang dengan tetap efisien baik secara struktural maupun penggunaan ruang luar.
Fungsi kantor dipindahkan ke atas untuk mengakomodasi penambaha ruang pabrik, dengan alih fungsi ruang kantor eksising menjadi ekspansi pabrik. Pemindahan fungsi kantor ke dilakukan dengan meneruskan fungsi-fungsi elemen struktural yang memang dahulu dibangun dengan kekuatan dua lantai baik secara pondasi maupun dimensi-dimensi rangka struktur. Selain dielevasikan 1 lantai, juga terdapat ekspansi pada besaran ruang kantor dengan mengoptimalkan penggunaan struktur eksisting. Sehingga bentuk dasar didapat sesuai gambar diatas.
Setelah mengalami beberapa diskusi, dirasakan pemilik dan pengurus perushaan ini merupakan jajaran orang-orang sederhana dan low profile. Sehingga bangunan yang dirancang pun sedemikian rupa dibuat sebagai bangunan low profil secara visual sebagai bangunan baru yang berendengan dengan bangunan lama.
Diawali dengan penggunaan material fasade bangunan.. bahan baja spandex menjadi pilihan utama karena dirasakan sebagai material ringan secara fisik dan visual.. serta fleksibel secara fungsi baik atap maupun dinding. Selain itu warna yang dipilih juga merupakan warna abu-abu sehingga sehingga mampu membentuk harmoni dalam irama visual dari bangunan baru terhadap warna dasar dinding eksistingnya (pabrik).
Selain pada sikap wajah tua dan baru-nya, tema "low profile" pun di adaptasi pada sirkulasi. Diawali dengan main entrance yang merapat ke dinding sehingga agak tersamar namun dengan tidak melupakan estetika secara bentuk dan material, kemudian dari pola sirkulasi yang menghadirkan pola kekeluargaan antara buruh, pegawai, dan pengurus perusahaan dengan tetap adanya hiearki ruang pada akhirnya.
Sehingga jalinan sosial antar pengguna bangunan tetap terjalin dengan tetap bekerja secara "nyaman" pada masing-masing ruangnya.. Flying metal and a social within :)
"Advises are totally allowed"
8/13/11
Multi-level Plaza, mungkin begitu saya menyebutnya..
atau kita kenal dengan ruang bersama yang biasanya berada pada area terbuka atau outdoor. Kita mengenal plaza sebagai sebuah penampang datar yang "cukup" lebar karena kita tahu plaza bertugas menampung segala aktifitas bebas dari keadaan orang yang "banyak". Jadi mungkin baiknya menempatkan plasa di sebuah tanah tak berkontur untuk efisiensi ruang, bahan dan aktivitas pembangunan.
Namun bagaimana jika kita dihadapkan dengan lahan yang kurang datar atau bisa kita sebut berkontur, sedangkan pada area tersebut merupakan titik pola yang pas sebagai ruang komunal.
Saya mencoba menganalisa garis-garis kontur yang sekiranya mungkin dapat dialihkan sebagai plasa. Sehingga aktivitas gali dan urug pada lahan eksisting bisa di reduksi. Plaza seperti ini saya sebut sebagai multi-level plasa, yang mungkin terdengar awam untuk di definisikan.. tapi ini lah yang mungkin dapat tetap dijadikan tempat berkegiatan "festive" maupun "contemplated" yang tentunya sebagai ruang bersama dengan kasus pengguna orang "banyak".
nb: click image to enlarge
"Advises are totally allowed"
4/6/11
@SoalArsitek : forum tanpa portal
Perihal arsitektural tak lepas dari unsur komunikasi, yang dalam hal ini pelaku cenderung berdiskusi untuk integrasi satu persoalan ke persoalan lainnya. Namun waktu dan tempat terkadang yang menjadi batasan mengesampingkannya. Dalam dunia cyber-networking sepertinya hal itu sedikit terpecahkan dengan hadirnya forum-forum. Ketika lokasi dan pelaku diskusi akan lebih tak terbatas dengan adanya forum, materi dan sambutan/ balasan pun lebih beragam yang mungkin bisa dikategorikan sebagai unsur tanpa batas.
Belum lama ini penulis menemukan sebuah nama di twitter yang cukup menggema dalam barisan arsitektural, tak sulit diingat @SoalArsitek namanya. Kini cukup banyak yang mengatakan "belum ngarsitek kalo ga follow @SoalArsitek..." agak geli juga membaca ungkapan barusan. Dengan hadirnya @SoalArsitek di twitter, penulis sebagai salah satu pengguna twitter aktif cukup merasakan manfaatnya dalam hal berbagi dan dibagi.. menginfo dan diinfokan.. bertanya dan ditanya.. dan tentu kebanyakan merupakan perSOALan ARSITEK .. yang dipandang dari banyak aspek.
So, kalau memang penasaran dengan kebenaran "belum ngarsitek kalo ga follow @SoalArsitek..." , mungkin baiknya diintip dan dicoba dulu.. seperti melihat masakan di TV dan kemudian mencicipinya. Tapi, tentu saja pada akhirnya semua kembali pada selera kita. Selamat berbagi, selamat menginspirasi.. dan sepertinya @SoalArsitek memang hadir untuk ajang diskusi.
"sharing arsitektur via twitter, boleh serius boleh becanda, asal jangan menyakitkan :) .."
3/30/11
The un-Flattened Flat
Architect : Muhammad Fajri
Category : Final Proposal
Didasari oleh sebuah mindset "yang penting ada tempat".. pemilik/calon pemilik sebuah kos2an atau kawasan kontrakan kecil cenderung kurang bersahabat dengan apa yg disebut kenyamanan calon pengguna. Mengapa? ya seperti pada mindset yg telah disebutkan sebelumnya mereka menganggap space/ruang-lah (dalam hal ini dimaksimalkan tanpa toleransi) yang dicari oleh kebanyakan orang tentunya hal itu merupakan garis banding lurus akan nilai nominalnya.
Tanpa mengurangi keinginan optimal berbisnis sang pemilik kontrakan, kebutuhan ruang tetap diakomodir sesuai permintaan pemilik yaitu membentuk 5 unit kontrakan dan area parkir. Namun adanya problem finansial akhirnya memungkin pemilik untuk melakukan pembangunan bertahap. Tak dimulai dari belakang kavling tanah, perancang menyarankan agar pembangunan justru dimulai dari depan agar senantiasa calon penyewa tak terbentuk sugesti terpojok jauh dari jalan dan ada nilai tambah yaitu lahan sisa bisa menjadi sebuah taman pribadi yang tentunya akan semakin mengecil, smakin menjadi bersama dan akhirnya menghilang ketika pembangunan sisa unit terus berjalan, tapi itulah memori yang dinamis.. :)
Flat, sebutan yang biasa diumpamakan sebagai mini group hospitalities/tempat tinggal.. walau tak se-harfiah itu perancang mencoba mengkategorikan kontrakan ini sebagai flat, karena adanya komunikasi mikro yg akan terbentuk secara eksklusif, yaitu mereka akan merasa berada pada satu tempat bertetangga yg saling mengisi.
The un-Flattened Flat, mencoba membentuk masa tak sejajar dari segi layout maupun skyline.. tentu masalah overhumidity itulah yg menjadi stimulus utamanya sehingga optimalisasi pergerakan angin dari luar menuju dalam bangunan dapat terjadi. Secara layout, patahan bidang akan membentuk benturan angin yang senantiasa memperbanyak belokan angin (wind turbulence) sehingga pada koridor angin tak hanya lewat tapi juga mampir pada setiap unit.. Untuk atap, selain sebagai pembebasan angin per unit dan optimalisasi cahaya, hal ini juga berkaitan dengan pembangunan bertahan yg direncanakan pemilik sehingga perancang menyarankan untuk konstruksi atap yg sebisa mungkin berdiri sendiri sehingga arah pelana tidak diarahkan sejajar pergerakan pembangunan.
Optimalisasi ruang, Lowcost, Low-E, kualitas sosial dan KENYAMANAN TERMAL.. hal2 yang coba dipedulikan oleh perancang akan terbentuknya The un-Flattened Flat, regards :')
nb: click image to enlarge
"Advises are totally allowed"
Menginspirasi tiada henti : Rizal Muslimin
Hobi berkompetisi, sekiranya kami mengenal beliau begitu.. mungkin hal tersebut yang membuatnya menjadi salah satu kompetitor tersulit di negeri ini tak heran para pesaingnya memanggilnya macan sayembara. Yah sewajarnya ketika melakukan sesuatu dengan senang hati maka hasilnya cenderung optimal, begitu lah kira2 kalo kata Pak Ridwan Kamil (partner/pimpinan Pak Rizal dalam tim semasa di Urbane)
Arsitek lulusan cumlaud perancangan S2 ITB ini menjadi salah satu inspirasi terkuat dalam berkompetisi pada masanya. "..jadikan budaya sebagai data dan otak sebagai prosessor" pesan singkat yang kerap memberi motivasi pada beberapa mahasiswanya, sebut saja salah satunya penulis ini. Mungkin terdengar agak robotik, tapi itulah esensi peran otak yang sesungguhnya dalam kaitannya akan sebuah karya, dan diharapkan akan membawa kita bereksplorasi untuk solusi bahkan inovasi.
Pak Rizal Muslimin terkenal dengan ciri khas bangunannya yang kerap muncul dengan bentukan2 aplikasi material yang tidak biasa. Ketekunan Beliau akan eksplorasi material, membawanya pada juara 1 international Brickstainable Competition yang didapat pada masa studi Doktor-nya di kampus MIT-Amerika Serikat 2009. Kemudian kemenangan itu dilanjutkan dengan diraihnya Honorable-Mention pada Brickstainable Competition putaran kedua 2010 silam.
Berikut sekiranya beberapa karya beliau yang tentunya menginspirasi.. hingga KINI --v
3/28/11
Tidak Ada Juara 1 .. ???
Menurut Author BlogMyMind --v
Hmm... yang ini lucu, yg disebut juara 1 adalah peraih point tertinggi bukan point sempurna.. karena yang disebut sempurna itu tidak akan pernah ada sejauh kriteria juri yg mungkin overrated .. kembali pada rencana awal pemenang yaitu 3 besar mengapa dipotong jadi 2 besar, ironis sih mendengarnya.
Mengingat sebuah sayembara Masterplan Kampus ASMI yang diadakan Holcim dan Kampus ASMI di tanggerang bulan lalu, dimana Seorang Professor dari Holcim di jerman pun menilai karya2 yang masuk tidak ada yg memenuhi kriteria, namun tetap 4 besar diumumkan > KIND Architect (juara 4), AMA (juara 3), Urbane (juara 2), Mamo Studio (juara1). Si professor mengatakan "dari 4 besar ini sebenarnya tidak ada yg pantas jadi juara, karena karya2 blm ada yg memiliki konsep dan metode yang ingin dicapai akan penerapan sustainable-nya". Tapi tetap juri pun sportif dengan menempatkan peraih point tertinggi sebagai juara 1.
Apakah para Juri The Local Tripod ini latah terhadap perkataan si professor holcim tersebut?? mengingat salah satu jurinya merupakan salah satu dari 4 besar di Sayembara Holcim tersebut. Namun Ironis-nya, eksekusi juri The Local Tripod memang agak kurang bijak. Krn bagaimanapun penilaian tertinggi adalah milik juara 1, atau mungkin kalaupun tidak ada juara satu tetap 3 besar harus dipertahankan, mungkin dengan menyebut 2 orang juara II dan 1 orang juara III, itu akan lebih baik. Bukan semata karena uang atau apa, tp itu yg disebut penghargaan terhadap sebuah karya.
1 kata > IRONISDANLUCU <-- eh, itu dua kata ya.. hehee -_-'
- Thanks dan Tetap Semangat Berkarya -
3/22/11
Sayembara The Local Tripod (Top 10)
Poject : Djak Shops (Recommunicate Urban and It's Subs)
Location : Jakarta Pusat
Design Team: Muhammad Fajri, Fajar Agti Sunaryo
Up-lifted Urban park/ penaikan elevasi taman kota diharapkan masyarakat mampu melihat lebih luas akan tata kota yang sesungguhnya. Mengingat "tak kenal maka tak sayang", ketika sub-urban tertutupi maka kita sejatinya semakin tak peduli. DjakShops diharapkan mampu menghasilkan ruang-ruang komunal sarat akan kualitas dan mengoptimalkan potensi iklim, sehingga dapat menjadi sebuah bangunan yang rendah energi dan rendah emisi (Low-E Building).
Tak lupa menempatkan urban farming / kota berkebun sebagai dasar komunikasi baru antara manusia kota dan alamnya yang tentu diharapkan mampu menghasilkan suatu kualitas ekonomi baru bahkan sosial.
Rumah balon-nya Mr. Fredricksen dibuat nyata
Mengingat petualangan seru Russel dan Mr. Fredricksen dalam animasi Disney PIXAR Up!, tentu yang tidak terlupa selain karakternya yaitu rumah balon terbang-nya.
Di danai oleh National Geographic channel, dalam sebuah acara "How Hard It Can it Be?" sekelompok teknisi mencoba merakit struktur dasar rumah ringan, yang tentunya bisa dimasuki 1 atau 3 orang.
300 balon raksasa diikat pada struktur2 utama rumah dengan membolongi bagian tengah pada atap rumah, agak berbeda dengan konsep kartunnya yang balonnya diikat memalui cerobong asap.
Mulai direncanakan penerbangan saat dini hari yang mungkin diniatkan untuk bisa mengejutkan warga kota Los Angeles. Dengan berat sekitar 2000 pon, rumah yang berukuran 5x5 m ini pun VOILA..!! berhasil terangkat hampir mencapai ketinggian melebihi gedung 10 lantai, begerak hampir 3000 meter dan bertahan sekitar 10 jam diudara.
Ketika sebuah selogan "How Hard Can It Be?" diutarakan, Paul salah satu teknisi dalam tim perancangnya mengatakan.. "It's pretty hard.. but it happened" .. So, mari berimajinasi dan berkarya :) .
3/9/11
Menara Gajah dan Menara Buaya yg bermain kotak
3/8/11
RUBAH (Rumah Baja Hijau)
Architect : Muhammad Fajri
Category : Final Proposal
CONCEPT
REVIEW
Fasad yang tidak lari jauh dari tipikal cluster pada kawasan tersebut, sehingga identitas tetap terjaga tanpa melupakan identitas mikro yaitu pemilik rumah itu sendiri.